Senin, 20 Oktober 2008

INDONESIA PERLU MENWA

Rekan sekalian,

Berikut saya kirim ulang tulisan menyambut
RaKomNas dan RaKoNas Menwa yang diselenggarakan secara
marathon dari tanggal 24-26 dan 27-28 juli 2006 ini,
dengan Judul Subject yang cocok, supaya kalau nanti
siapa tahu muncul tulisan jilid II dst., ceritanya
bisa nyambung.

Salam hangat,

HermanSyah XIV.


=====


Apakah Indonesia memerlukan Resimen Mahasiswa?


Menurut saya perlu, sangat perlu. Mengapa ? Marilah
iseng2 berhadiah kita coba telusuri bagaimana kerangka
berpikirnya, seperti berikut ini.

Indonesia adalah negara Republik (Kesatuan) yang
demokratis dan berdaulat, dan yang seperti setiap
negara pada umumnya, juga memiliki cita2 kemerdekaan.
Cita2 kemerdekaan RI itu dapat kita baca di mukadimah
UUD45 yang berbunyi :

?Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat
sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.?

Jadi, cita2 Republik Indonesia adalah Indonesia yang
bersatu, berdaulat, adil dan makmur, yang baru
diantarkan sampai ke pintu gerbangnya saja oleh
perjuangan pergerakan kemerdekaan. Dengan kata lain,
cita2 ini masih jauh, masih berada di ufuk timur.
Memang sudah terlihat, namun masih harus bersusah
payah lagi untuk mencapainya.

Untuk mewujudkan atau menggapai cita2 itu, Republik
ini haruslah memiliki pemerintah yang didalam
mukadimah UUD 45 itu berkewajiban:

??melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial?.

Sementara values atau sistem nilai yang dijadikan
dasar bekerjanya Pemerintah yang sah dan
berinteraksinya seluruh manusia yang hidup di bumi
Nusantara ini tak lain tak bukan adalah Pancasila,
seperti diuraikan di alinea berikutnya:

??dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.?

Duh, betapa cantiknya! Kesepakatan dasar seluruh
rakyat Indonesia tentang akan dibawa kemana negeri ini
dan dengan cara yang bagaimana, telah dengan sangat
simple dan sangat jelas diuraikan didalam Preambule
Konstitusi Negara itu. Dengan kejelasan itu
semestinya sudah tidak ada lagi alasan dari pihak
manapun untuk mencari-cari alasan untuk
menggoyang-goyang ke 3 aspek diatas, yaitu: 1)
Cita-cita Negara, 2) Kewajiban Umum Pemerintah dan 3)
Dasar Negara.

Tapi sayang seribu sayang, sejak di proklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang adaaaa saja
pihak2 yang ingin ?menguyo uyo? ke 3 aspek yang sudah
final itu. Maka adalah kewajiban Pemerintah dan
seluruh rakyat yang telah mengertilah sebenarnya untuk
bersatu padu berusaha secara terus menerus mengamankan
ke 3 aspek tsb. dari tangan2 para ?jahiliah?.

Inilah persoalan nomer satu yang musti kita hadapi
dalam kerja keras menggapai cita2 kemerdekaan itu,
yaitu bagaimana caranya mengawal dan melindungi ke 3
aspek yang menjadi inti dari Konstitusi ini (dan tentu
saja Konstitusinya sendiri secara keseluruhan), secara
terus menerus?

Jawabnya seperti saya sudah singgung diatas adalah
Pemerintah dan seluruh rakyat yang telah mengertilah,
kalau tidak bisa seluruh rakyat, yang menangkal dan
mematahkan segala bentuk ancaman maupun serangan para
?jahiliah? yang ingin ?neko-neko? ?menguyo-uyo?
Konstitusi itu.

Persoalannya bukan hanya sekedar melindungi
Kesepakatan Rakyat yang paling mendasar itu, akan
tetapi lebih jauh lagi dari itu, yaitu menjaga
kestabilan platform tempat kita semua berpijak, agar
setiap orang dapat dengan penuh konsentrasi bekerja
keras sesuai dengan keahliannya masing2 melaksanakan
kontribusinya dalam menggapai cita2 kemerdekaan yang
telah kita sepakati bersama. Bagaimana kita dapat
bekerja dengan konsentrasi penuh kalau sebentar2
platformnya goyang-goyang bukan? Jangankan
konsentrasi kita jadi kacau, salah-salah kitapun dapat
terpelanting keluar platform, sehingga musti berenang
menerjang gelombang untuk kembali ke platform atau
malah terpaksa terdampar di seberang lautan.

Karena tidak seluruh rakyat mengerti pentingnya
kestabilan platform itu, dan dengan mengacu kepada
hukum Pareto, seorang ahli ekonomi Italia, yang
mengatakan bahwa 20% input menentukan 80% output, yang
temuannya ini dapat pula diaplikasikan ke bidang non
ekonomi, maka dapat di simpulkan bahwa cukup dengan
20% saja rakyat Indonesia mengerti Konstitusi Negara,
maka ini sudah dapat memberikan 80% pengamanan
terhadap Konstitusi itu. Dan, kalau kita mengacu
kepada Henry Minzberg, yang seorang pakar management,
malah bukan 20% yang dibutuhkan, melainkan cukup 10%
saja, akan tetapi yang 10% itu adalah para pemimpin
yang mengerti dengan sungguh2 Konstitusi Negara.

Pemimpin, berbeda dengan pengetahuan klasik yang
mengatakan adalah dilahirkan, menurut pengetahuan
modern dapatlah dibentuk. Pemimpin dapat diciptakan
melalui pendidikan dan latihan, sekalipun tidak dapat
disangkal bahwa seorang yang berbakat atau berjiwa
pemimpin akan lebih mudah terbentuk menjadi seorang
pemimpin yang baik melalui pendidikan dan latihan itu.

Di Indonesia, menurut saya hanya ada 2 cara yang murni
dapat didayagunakan untuk mempersiapkan Pemimpin sipil
yang mengerti dan setia pada Konstitusi Negara. Cara
pertama adalah melalui Gerakan Pramuka, dan cara yang
kedua adalah melalui Resimen Mahasiswa.

Tak dapat dipungkiri kita juga melihat betapa
banyaknya organisasi masyarakat dan kemahasiswaan
lainnya yang sebenarnya juga dapat dijadikan wahana
mencetak pemimpin yang dimaksud diatas. Akan tetapi
organisasi2 tsb pada umumnya memiliki landasan idiil
dan filosofis lain selain Pancasila, misalnya
berlandaskan Islam, Kristen, Budha, dlsb. Atau
kalaupun landasan idiilnya Pancasila, sepak terjangnya
sama sekali tak mencerminkan nilai2 yang termaktub
didalam Pancasila itu. Dan, kalaupun mereka semua
memiliki landasan Konstitusional yang sama, yaitu UUD
45, landasan Konsitusional itu seringkali terlihat
hanya sekedar penghias Mukadimah Anggaran Dasar mereka
saja. Bahwasanya dengan menjadikan Konstitusi Negara
sebagai landasan Konstitusional seharusnya berarti
bahwa mereka akan mengutamakan kepentingan Nasional
diatas kepentingan golongan maupun pribadi, dan
membela Pancasila sebagai sistem nilai seluruh rakyat
Indonesia, itu tak berani mereka tampilkan.

All in all, saya berkesimpulan bahwa hanya Gerakan
Pramuka dan Resimen Mahasiswa lah yang murni dapat
dijadikan sebagai kawah candra dimuka digodoknya para
pengawal dan perisai sipil Konstitusi Republik
Indonesia yang kita cintai ini.

Oleh karena itu, maka Resimen Mahasiswa menurut saya
haruslah tetap ada di negeri ini. Bahwasanya di jaman
OrBa kemarin Menwa memberi kesan seolah-olah merupakan
antek2nya OrBa atau antek2nya TNI yang pada gilirannya
merupakan centengnya OrBa, dan sering pula bertingkah
laku overacting, bukanlah berarti bahwa Menwa harus
dibubarkan dan dibiarkan nasibnya terkatung-katung
tanpa induk ayam yang jelas seperti sekarang ini.
Menurut saya yang sebenarnya harus dilakukan adalah
mengembalikan Menwa kembali ke ?jalan yang benar?,
yaitu jalan yang searah dengan penciptaan pemimpin
yang membela Konstitusi Republik Indonesia seperti
saya uraikan diatas.

Jadi, menjawab judul tulisan ini yaitu apakah
Indonesia memerlukan Resimen Mahasiswa?, maka untuk
masalah nomor satu dalam menggapai cita-cita
kemerdekaan yaitu bagaimana caranya mengawal dan
melindungi Konstitusi (khususnya ke 3 basisnya itu),
jawabnya menurut saya adalah ?ya?. Indonesia iya
memerlukan Resimen Mahasiswa!

Sampai disini, saya berhenti dulu. Maklum panggilan
mencangkul kan haruslah dinomer satukan.

Dalam kesempatan lain saya akan mencoba melihat
persoalan apa berikutnya yang harus kita hadapi dalam
menggapai cita2 kemerdekaan itu, dan apakah Menwa juga
dibutuhkan untuk memecahkan persoalan tsb. Mudah2an
kesampaian.

Selamat ber RaKomNas (24-26 juli 2006) dan ber RakoNas
(27-28 juli 2006) kepada para anggota Menwa (Wira) dan
para Alumni yang mengikutinya. Semoga sukses. Masa
depan Menwa ?yang benar? berada ditangan anda semua.

Widya Castrena Dharma Siddha.
Salam hangat,

HermanSyah XIV

RUU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RUU Pendidikan Kewarganegaraan Masih Memerlukan Pendalaman Lebih Lanjut
Written by dmcindonesia.web.id
Friday, 17 October 2008
Jakarta, DMC - Setelah melalui proses yang cukup panjang, pada tahun 2007 berhasil dirumuskan Rancangan Undang Undang (RUU) Pendidikan Kewarganegaraan dan telah dilakukan uji publik di dua kota yaitu Yogyakarta dan Makasar. Dari hasil penyusunan tersebut masih terdapat beberapa pengaturan yang krusial yang memerlukan pendalaman lebih lanjut.
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Departemen Pertahanan (Dirjen Pothan Dephan) Prof. Dr. Budi Susilo Supanjdi, D.E.A, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Dir Pendidikan Kesadaran Bela negara (PKBN) Ditjen Pothan Dephan Laksma TNI Prof. Dr. drg. Setyo Harnowo, Kamis (16/10) saat membuka Seminar Standarisasi dan Regulasi Bela Negara dalam Kebijakan Pertahanan Negara dalam rangka Preparasi Pengundangan RUU Pendidikan Kewarganegaraan di kantor Ditjen Pothan Dephan, Jakarta.

Lebih lanjut Dirjen mengatakan, dalam rangka menutup upaya penyusunannya dan mempersiapkan tindak lanjut legislasi, maka dilakukan preparasi pengundangannya. Dalam konteks itulah, kegiatan preparasi pengundangan ini dilakukan untuk menegaskan substansi pengaturan dan regulasi tentang pendidikan kewarganegaraan.

Menurut Dirjen, alangkah baiknya dalam seminar ini dapat ditinjau bagaimana aspek pendidikan kewarganegaraan dan bela negara dapat diakomodasi dalam kebijakan sistem pertahanan negara bersifat semesta. “Hal ini harus diperjelas, karena dua substansi pendidikan kewarganegaraan dan bela negara secara tekstual tertuang dalam pasal 9 UU No. 3 Tahun 2002”, tambah Dirjen.

Sedangkan substansi muatan baik pendidikan kewarganegaraan maupun bela negara harus mendapatkan bentuk kompetensi, isi dan prosesnya, sehingga dapat dengan jelas apakah terbedakan dengan tegas atau justru terkomposisi dengan serasi.

Dijelaskan pula Dirjen Pothan, melalui arah dan jalan pemikiran demikian itu, pendidikan kewarganegaraan dan bela negara diharapkan akan semakin tegas dan jelas dalam kebijakan pertahanan negara, regulasinya dapat dipertanggungjawabkan dan substansi materinya dapat dirumuskan agar tidak tumpang tindih dengan pendidikan kewarganegaraan yang sudah diatur dalam Sistem Pendidikan Nasional.

“Konkritnya adalah bagaimana pendidikan kewarganegaraan sebagai bagian dari upaya bela negara melalui penyelenggaraan pertahanan negara dapat durumuskan sebagai substansi dan kebijakan, regulasi atau peraturan perundang-undangan bela negara” tambah Dirjen Pothan.

Kegiatan seminar tersebut diselanggarakan oleh Ditjen Pothan Dephan dan bekerja sama dengan Pusjemen Badiklat Dephan. Seminar berlangsung selama satu hari dan diikuti peserta sebanyak 68 orang yang terdiri dari beberapa pejabat eselon III dan IV di lingkungan Dephan serta siswa Suspimjemenhan Angkatan 3 Tahun 2008. Hadir dalam acara pembukaan antara lain KaBadiklat Dephan Mayjen TNI (Purn) Anton Herry Biantoro dan sejumlah pejabat eselon I dan II di lingkungan Dephan. (BDI/HDY)

Selasa, 05 Agustus 2008

Kursus Pelatih (Suspelat) Menwa se-Indonesia


Komando Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur Satuan 803 Universitas Brawijaya Malang mengadakan kegiatan Kursus Pelatih (Suspelat) Menwa se-Indonesia. Kegiatan Suspelat ini merupakan kegiatan yang ke-21 yang diikuti oleh 94 peserta mewakili 50 perguruan tingi se-Indonesia. Bertempat di Dodik Belanegara malang, Jawa Timur, kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 smpai 23 Juli 2008. Dari 94 peserta tersebut juga termasuk 6 orang dari Mahawarman yang terdiri dari 5 perwakilan dari Yon XI/UPI dan 1 orang dari Kompi BS Unjani.
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan anggota Resimen Mahasiswa agar mengerti akan tugas dan fungsi serta tanggunga jawab Pelatih di satuan Resimen Mahasiswa sehingga dapat mendukung tugas dan pekerjaan kepelatihan. Adapun materi pelatihan ini antara lain adalah Etika dan Kejiwaan Pelatih, Psikologi Pelatih, Kepemimpinan Lapangan, Sistem Pembinaan Latihan, CMI, Binlatsat, Teknik penyelenggaraan latihan, Teknik Survey dan Analisa Daerah Latihan (ADL), Lanjutan Materi Dikdasar dan materi tambahan lainnya meliputi Outbond, serta kunjungan ke Lokasi Wisata Coban Rondo Malang serta Lanud Abdurahman Saleh. Kunjungan ini, dimaksudkan untuk menambah wawasan kepada calon-calon Pelatih Resimen Mahasiswa se-Indonesia tentang matra udara, dan diharapkan para kursus pelatih Menwa tersebut nantinya dapat menyebarluaskan matra udara ini kepada calon-calon anggota Menwa se-Indonesia sehingga timbul kecintaan terhadap kedirgantaraan, khususnya TNI Angkatan Udara.

Dalam kesempatan tersebut Kadisops memaparkan tentang sejarah Lanud Abd Saleh serta menjelaskan kekuatan pesawat yang ada di Lanud Abd Saleh saat ini. Kolonel Penerbang Ismet merasa bangga dan merupakan suatu kehormatan bahwa Menwa "Maha Surya" Jawa Timur telah memilih Lanud Abd Saleh sebagai tempat kunjungan bagi peserta Kursus Pelatih Menwa se-Indonesia. Lebih lanjut Kolonel Ismet dalam hal ini mewakili Komandan Lanud Abd Saleh Marsekal Pertama TNI Irawan Supomo, SE. SIP, mengharapkan kepada peserta pelatihan Menwa untuk selalu menegakkan disiplin sebagaimana yang diterapkan di lingkungan TNI, karena dengan disiplin, kita akan mematuhi semua peraturan yang berlaku di negara ini dan tidak akan melakukan hal-hal yang tidak dinginkan. "Hal ini mengingat Resimen Mahasiswa merupakan salah satu kekuatan cadangan dalam sistem Pertahanan Nasional", tegasnya. Kunjungan yang dilaksanakan selama satu hari ini, diakhiri dengan Joy Flight menggunakan pesawat Hercules keliling kota Malang. (utami&tni.mil.id)

Berita dari Menwa ITB

BANDUNG, itb.ac.id - Pada tanggal 19–23 Juni 2008, delegasi Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon I/ITB (Menwa Yon-I/ITB) melawat ke Malaysia dalam rangka kunjungan balasan ke Pasukan Latih Pegawai Simpanan Universiti Malaya (PALAPES UM). 

PALAPES adalah organisasi perwira cadangan yang ekivalen dengan Menwa di Indonesia. Pada Desember 2007 lalu, delegasi PALAPES UM telah terlebih dahulu melakukan kunjungan ke Menwa Yon-I/ITB.

Delegasi Menwa Yon-I/ITB terdiri dari 3 anggota aktif yaitu Enrico Aryyaguna (PN'04), Kenny Enrich (IF'04), dan Reni Novyianti (MT'06). Mereka didampingi oleh Dr. Wahyudi W. Parnadi dari Kelompok Keahlian Ilmu dan Teknik Geofisika selaku Pembina Menwa, serta Dr. Iftikar Sutalaksana mewakili Corps Menwa ITB. 

Agenda utama kunjungan adalah menghadiri “Istiadat Pentauliahan Di Raja Pegawai Kadet”, Upacara Pelantikan Diraja Perwira Kadet, yang melantik sekitar 1500 orang perwira kadet PALAPES dari seluruh Perguruan Tinggi Negeri se-Malaysia, pada Sabtu, 21 Juni 2008. 

Secara tradisi, pelantikan dilakukan oleh Yang Dipertuan Agung, namun tahun ini diwakili oleh Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan Darul Khusus (Sultan/pemimpin dari Negeri Sembilan). Para kadet dilantik setelah menjalani pendidikan dan pelatihan selama 3 tahun.

Berbeda dengan pembinaan Menwa di Indonesia yang semenjak tahun 2000 hanya dibina oleh PERTI (perguruan tinggi) masing-masing, PALAPES di Malaysia dibina oleh PERTI tempat satuan PALAPES bernaung dan juga Departemen Pertahanan sebagai penyedia perlengkapan, peralatan, dan pelatihan kemiliteran. Dalam struktur komando setiap unit PALAPES, Naib Canselor (Rektor) bertindak selaku Komandan PALAPES, sementara Wakil Komandan selaku pengatur kegiatan harian dijabat oleh dosen dari PERTI tersebut, dimana dosen tersebut juga merupakan lulusan PALAPES. PALAPES juga merupakan suatu Pusat Tanggung Jawab sendiri dan tidak berada di bawah HEPA - wakil rektor kemahasiswaan-.

Sebagai bagian dari universitas tertua di Malaysia (berdiri 1905), PALAPES Universiti Malaya memperoleh dana pembinaan tahunan dari pemerintah sebesar 7,5 milyar rupiah, dengan sekitar 1,7 milyar rupiah dari Universitas itu sendiri. 

Program padat lima hari hasil rancangan panitia dari PALAPES Universiti Malaya memberikan banyak manfaat bagi keberadaan dan pengembangan Menwa Yon-I/ITB sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa bidang Kepemimpinan/Pendidikan, dan sebagai wadah Bela negara. Beberapa manfaat tersebut antara lain: pengetahuan mengenai perancangan dan implementasi program PALAPES sebagai wadah pelatihan dan pembinaan kepemimpinan berwawasan kebangsaan, pengintegrasian sipil dan militer sebagai sistem efektif (Total Defence) dalam program Bela Negara, serta realisasi Universiti Malaya dalam membentuk warganegara yang sempurna, berdisiplin, serta terlatih dalam pertahanan dan ketahanan nasional.

Rabu, 18 Juni 2008

Psikologi Militer

     Militer adalah sekumpulan manusia yang diorganisasikan dan yang dipersiapkan untuk perang sebagai tujuan utamanya. Sejalan dengan perkembangan zaman, pengertian perang sangatlah luas, bukan hanya mencakup sifat menyerang dan mempertahankan seperti dahulu, melainkan jauh lebih kompleks.
     Perang modern bukan hanya kekuatan yang bersifat fisik, adu otot ataupun adu senjata, tetapi juga fungsi dari pikiran (mind) yang memegang peranan yang sangat penting. Hal tersebut terlihat dari pemakaian banyak terminologi seperti Hot War, Cold War, Political Warfare, Economic Warfare dan Psychological Warfare.
     Dengan demikian bukan saja alat, peranan manusia dalam perang menjadi sangat penting (the man behind the gun). Untuk itu perlu dibedakan antara manusia militer sebagai individu dan manusia militer sebagai makhluk sosial.

NOT FOR KILL CITIZEN

Selasa, 17 Juni 2008

Alumni Resimen Mahasiswa (Alumni Menwa)

Semangat melanjutkan pengabdian tanpa putus dari Almamater tercinta dalam memberikan sumbangsih yang berarti bagi pertahanan negara maupun pemeliharaan kesejahteraan masyarakat




Pada dasarnya, Alumni Menwa merupakan status yang diperoleh secara alami oleh seorang anggota Menwa yang telah mengakhiri masa baktinya di keanggotaan aktif Menwa, baik itu karena berakhirnya studi, sesuai dengan penjadwalan masa studi dari masing – masing anggota Menwa di perguruan tinggi, maupun karena terputusnya masa studi, akibat sesuatu sebab tertentu yang tidak dapat dihindari dalam keadaan normal.

Namun demikian, apapun penyebab berakhirnya kegiatan studi dari seorang anggota Menwa, titik tolak yang utama dari penentuan status seseorang sebagai “Alumni Menwa” lebih didasarkan pada bukti keterlibatan langsung seorang mahasiswa secara organik dalam organisasi Menwa, baik melalui keikutsertaan di Menwa secara langsung, maupun secara tidak langsung melalui jalur sinergi.

Cara penentuan status ini diambil oleh Organisasi Alumni Menwa, mengingat dari catatan sejarahnya, pernah terjadi beberapa jenis program wajib latih mahasiswa yang akhirnya disinergikan atau digabungkan secara organik dengan organisasi Menwa. Jenis – jenis program latih mahasiswa tersebut adalah Wajib Latih Mahasiswa (Walawa) oleh Militer serta Wajib Latih Khusus di beberapa lembaga pendidikan kedinasan, seperti, Politeknik, APDN (akhirnya menjadi STPDN) atau di beberapa akademi dan sekolah tinggi tertentu, seperti akademi peternakan, perawat dan pelayaran.

Program wajib latih mahasiswa oleh militer di perguruan tinggi umum/non kedinasan, timbul sebagai konsekuensi diberlakukannya program Walawa melalui Keputusan Menhankam No. Kep/B/32/1968, tanggal 14 Februari 1968, tentang pengesahan Naskah Rencana Realisasi Program Sistem Wajib Latih dan Wajib Militer bagi Mahasiswa. Dilanjutkan operasionalisasinya dengan Keputusan Bersama Dirjen Pendidikan Tinggi dan Kepala Staf Komando Pendidikan Wajib Latih Mahasiswa (Kas Kodik Walawa) No. 2 tahun 1968.

Sedangkan untuk para mahasiswa peserta Wajib Latih di beberapa lembaga pendidikan kedinasan, memang harus menempuh pelatihan wajib sebagaimana yang disyaratkan oleh perguruan tingginya. Dan sesuai dengan kebijakan dari pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan, maka akhirnya program wajib latih tersebut disinergikan melalui program Pendidikan Dasar Menwa, yang memang telah memiliki kualitas sebagai jenis pendidikan dan latihan dasar bagi sukarelawan dan milisi. Konsekwensinya mereka akhirnya lulus pendidikan dan latihan sebagai seorang anggota Menwa.

Status ini menjadi semacam “pintu masuk” bagi langkah pengabdian selanjutnya pada bangsa dan negara. Untuk itu Alumni Menwa telah mengorganisir diri dalam suatu organisasi yang disebut sebagai Ikatan Alumni Menwa Indonesia. Keberadaan Alumni Menwa dalam melaksanakan fungsi pertahanan negara juga memiliki arti yang sangat strategis. Walaupun potensi ini tidak diorganisir dalam struktur komando militer, namun organisasi ini berperan penting sebagai wahana konsolidasi, pembinaan dan koordinasi bagi para Alumnus dari suatu program partisipasi aktif di bidang wanra dan linmas. Sebagaimana layaknya alumnus perguruan tinggi, maka para alumni Menwa juga telah berkiprah sesuai dengan bidang keilmuan, profesi dan pekerjaannya dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Hal ini tentu sangat mendukung setiap upaya pemasyarakatan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) bagi lingkungan pendidikan, pekerjaan dan pemukiman di mana para alumni Menwa berada, sehingga mampu membentuk sikap dan perilaku masyarakat yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Selain itu melalui Ikatan Alumni Menwa dapat dikonsolidasikan serta dilakukan berbagai kegiatan yang berarti bagi pertahanan negara maupun pemeliharaan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk – bentuk seperti forum ilmiah yang dapat berdaya guna untuk memperkuat sektor pertahanan negara, pelatihan kepemimpinan dan manajerial bagi pemuda dan pelajar, bakti sosial profesi berupa pengobatan gratis, bantuan hukum dll. Hal ini tentunya tidak dapat dipandang sebelah mata serta merupakan potensi yang sangat strategis.

 

Kamis, 12 Juni 2008

Apakah Menwa itu?


Resimen Mahasiswa (Menwa) adalah salah satu di antara sejumlah kekuatan sipil untuk mempertahankan negeri. Ia lahir di perguruan tinggi sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), beranggotakan para mahasiswa yang merasa terpanggil untuk membela negeri. Para anggota Menwa (wira) di setiap kampus membentuk satuan, yang disebut Satuan. Sebagai salah satu unit kegiatan kemahasiswaan, komandan satuan melapor langsung kepada rektor/pimpinan perguruan tinggi.

Komponen Lambang Sembilan Unsur
1.Perisai Segilima
   Menggambarkan keteguhan sikap
2.Padi dan Kapas
   Menggambarkan dasar bernegara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
3.Bintang , Sayap Burung , Jangkar dan Lambang Polri
   Resimen Mahasiswa berada di bawah naungan ketiga unsur angkatan dan Polri
4.Pena dan Senjata
   Di dalam pengabdiannya, wira melakukan keselarasan antara ilmu pengetahuan dan ilmu    keprajuritan.
5.Buku Tulis
   Tugas pokok setiap wira adalah mengembangkan ilmu pengetahuan, di samping melaksanakan     tugas-tugas kemenwaan.

Warna Kebanggaan

Resimen Mahasiswa Indonesia menggunakan baret ungu. Dalam aplikasinya di lingkungan Menwa, warna ini mempunyai arti :
-Mulia
-Berpengetahuan
-Terpelajar

Panca Dharma Satya

Panca Dharma Satya adalah janji Resimen Mahasiswa Indonesia :
1. Kami adalah mahasiswa warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan     Pancasila.
2. Kami adalah mahasiswa yang sadar akan tanggung jawab serta kehormatan akan pembelaan     negara
    dan tidak kenal menyerah.
3. Kami Putra Indonesia yang berjiwa ksatria dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa serta
    membela kejujuran, kebenaran dan keadilan.
4. Kami adalah mahasiswa yang menjunjung tinggi nama dan kehormatan Garba Ilmiah
    dan sadar akan hari depan Bangsa dan Negara.
5. Kami adalah mahasiswa yang memegang teguh disiplin lahir dan batin, percaya pada diri     sendiri
    dan mengutamakan kepentingan Nasional di atas kepentingan pribadi mau pun golongan.

Semboyan

Semboyan Resimen Mahasiswa Indonesia adalah "Widya Castrena Dharmasiddha", berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "Penyempurnaan Pengabdian Dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan". Yang dimaksudkan oleh Ilmu Pengetahuan adalah segala macam cabang keilmuan yang didapat saat menjadi mahasiswa. Hal ini dipergunakan untuk menempuh jenjang karier, dengan tidak melupakan tujuan utama melakukan pengabdian pada masyarakat. Sedangkan Ilmu Keprajuritan adalah yang bersangkutan dengan jiwa keperwiraan, keksatriaan serta kepemimpinan, bukan sekadar keahlian dalam bertempur atau pun yang sejenis.

Sejarah

Tanggal 13 Juni - 14 September 1959 diadakan wajib latih bagi para mahasiswa di Jawa Barat. Mahasiswa yang memperoleh latihan ini siap mempertahankan home-front dan bila perlu ikut memanggul senapan ke medan laga. Mahasiswa-mahasiswa walawa (WAJIB LATIH) dididik di Kodam VI/ Siliwangi dan para walawa diberi hak mengenakan lambang Siliwangi.

Pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta, Komando Pimpinan Besar Revolusi Presiden RI Bung Karno mencetuskan Trikora. Seluruh rakyat menyambut komando ini dengan gegap gempita dengan semangat revolusi untuk merebut Irian Barat; termasuk juga mahasiswanya.

Isi Trikora:
1. Pantjangkan Sangsaka Merah Putih di Irian Barat
2. Gagalkan Negara Boneka Papua
3. Adakan Mobilisasi Umum

Sejak Trikora bergema maka kewaspadaan nasional makin diperkuat, makin memuncak sehingga timbul rencana pendidikan perwira cadangan di Perguruan Tinggi. Berdasarkan dua surat keputusan Pangdam VI Siliwangi, maka oleh pihak Universitas pada 20 Januari 1962 dibentuk suatu badan koordinasi yang diberi nama Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Dam VI Siliwangi (disingkat BPP) Resimen Mahasiswa DAM VI/ Siliwangi, beranggotakan :
1. Prof. drg. R. G. Surya Sumantri ( Rektor Unpad) selaku Koordinator
2. Dr. Isrin Nurdin (Pembantu Rektor ITB) selaku Wakil Koordinator I
3. Drs. Kusdarminto (PR Unpar) selaku wakil Koordinator II
4. Major. Moch. Sunarman dari PUS PSYAD pada waktu itu selaku sekretaris.

Pada Februari 1962 diadakan Refreshing Course selama sepuluh minggu di Resimen Induk Infantri dan dilanjutkan dengan latihan selama 14 hari yang dikenal dengan sebutan Latihan Pasopati. Pada 20 Mei 1962 anggota Resimen Mahasiswa Angkatan 1959 dilantik oleh Pangdam VI/SLW menjadi bagian organik dari Kodam VI/SLW. Dalam rencana kerja empat tahunnya tercantumlah pembentukan kader inti dan ini sudah terlaksana sejak permulaan semester 2 tahun ajaran 1962-1963. termasuk pembentukan kader inti putri. Mahasiswa/i Jabar (Bandung khususnya) mengikuti Latihan di Bihbul, tempat penggodokan prajurit-prajurit TNI. (Sekarang Secaba Dam III/ Slw, Bihbul). Satuan-satuan inti dari Yon mahasiswa dari beberapa universitas dan akademi dikirim ke tempat ini di bawah asuhan pelatih-pelatih dari RINSIL. 12 Juni 1964 keluarlah Surat Keputusan Menteri Koordinator Komponen Pertahanan dan Keamanan DR. A.H. Nasution Jenderal TNI yang mengesahkan Duaja Resimen Mahawarman. Penyerahan Duaja dilakukan oleh Menko sendiri. Garuda Mahawarman resmi berdiri berdampingan dengan Harimau Siliwangi.


Satuan-Satuan di Republik Indonesia

-Indra Pahlawan di Riau
-Jayakarta di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
-Mahabanten di Banten
-Mahadarma di Timor Timur (belum dibubarkan hingga 10-Oktober-2004)
-Mahadwiyudha di Bengkulu
-Mahadana di Nusa Tenggara Timur
-Mahadasa di Daerah Istimewa Aceh
-Mahadipa di Jawa Tengah
-Mahajani Nusa Tenggara Barat
-Mahakarta Daerah Istimewa Yogyakarta
-Mahaleo di Sulawesi Tenggara
-Mahamaku di Ambon
-Mahanata di Kalimantan Selatan
-Mahapura di Kalimantan Barat
-Maharatan di Lampung
-Maharuyung di Sumatera Barat
-Mahasamrat di Sulawesi Utara
-Mahasena di Bali
-Mahasurya di Jawa Timur
-Mahatara di Sumatera Utara
-Mahawarman di Jawa Barat
-Mahawijaya di Sumatera Selatan
-Mahawasih di Irian Jaya
-Mulawarman di Kalimantan Timur
-Pawana Cakti di Sulawesi Tengah
-Sultan Thaha di Jambi
-Wolter Monginsidi di Sulawesi Selatan
-Raja Haji di Tanjungpinang, Kepulauan Riau


Alumni Menwa yang Terkenal

Menwa Batalyon I/ITB
-Arifin Panigoro
-Fadel Muhammad

Menwa Akademi Teknik Jenderal Achmad Yani
-Abdullah Gymnastiar

Aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Khairun/Unkhair

 
TERNATE - Aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Khairun/Unkhair Ternate, Maluku Utara (Malut) yang menolak kehadiran Resimen Mahasiswa (Menwa) di universitas tersebut berujung kericuhan dan aksi anarkistis, Selasa (6/5/2008) Entah siapa yang memulai lebih dahulu, tiba-tiba para mahasiswa mulai terbakar emosinya dengan menyerang para anggota Menwa dengan melempari ruangan tersebut hingga kaca-kaca jendela aula pecah berhamburan. Aksi ini berlangsung cukup lama, dimana para mahasiswa yang emosi itu mengepung dan mencoba menerobos masuk ke aula. Namun, langkah itu dicegat oleh mahasiswa lainnya yang memilih untuk tidak menyerang para anggota Menwa.

Sementara itu di Jakarta, Komandan Komando Nasional Menwa Ariza Patria meminta tindakan anarkis tersebut diusut. Ariza meminta pihak-pihak yang terkait tidak terpancing, dan segera permasalahan tersebut diselesaikan dan dapat didamaikan. Kepada Satuan Menwa Unkhair dihimbau agar tidak melakukan perlawanan dengan kekerasan dan mengedepankan asas-asas ketaatan terhadap hukum.

Mengingat adanya sikap anti menwa yang selama ini terkadang timbul, Ariza mengungkapkan bahwa sudah saatnya menwa membangun ruang dialog yang seluas-luasnya dan membangun misi bersama dengan organisasi ektrakurikuler lainnya dalam mendorong kemajuan bangsa yaitu menjadi bangsa yang besar dan mandiri. (MHA)

sumber : www.menwa.org

Senin, 09 Juni 2008

Menwa Go International

Minggu, 09 Juli 2006

melihat perkembangan dan eksistensi Menwa sekarang sungguh memprihatinkan. Kalau Bapak-bapak yang ada di Dephan melihat kinerja Menwa beberapa waktu lalau seperti menjadi relawan di aceh, relawan gempa di jogja dan jateng, dan juga merapi mestinya Dephan akan tahu kondisi anak-anak sebenarnya. Mereka punya semangat yang kuat tanpa pamrih dalam mengabdikan diri sebagai abdi masyarakat dan negara tanpa minta imbalan secuilpun. cuma pesan saya perhatikan Menwa buat Menwa seperti ROTC maupun PELAPES di Malaysia, terima kasih

Opini pada DEPARTEMEN PERTAHANAN RI

Rabu, 21 Mei 2008

SARJANA YANG MAU JADI PERWIRA

Pendidikan Pertama Perwira Prajurit Karier TNI 1 - 30 Sep 2008
Kamis, 15 Mei 08 - oleh : admin

Pendidikan Pertama Perwira Prajurit TNI (Dikmapa PK) adalah salah satu program penyediaan Perwira TNI yang bersumber dari lulusan Perguruan Tinggi pengisian jabatan dalam organisasi TNI. Untuk mendukung program tersebut, Mabes TNI membuka kesempatan kepada para lulusan Perguruan Tinggi untuk menjadi Perwira Prajurit Karier. Setelah mengikuti pendidikan pertama selama tujuh bulan dan lulus, dilantik menjadi Letnan Dua dan selanjutnya mendapat kesempatan pengembangan karier yang sama dengan perwira lainnya.
Persyaratan :
Warga Negara Indonesia Pria/Wanita, bukan prajurit TNI, anggota Polri dan PNS.
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945.
Berijazah Profesi/Sarjana/D.3. Khusus Sarjana Kedokteran Umum, Psikologi dan Farmasi harus sudah lulus Profesi.
Usia pada saat masuk pendidikan maksimal 32 tahun untuk profesi Dokter Umum, Apoteker dan Psikolog, 27 tahun bagi yang berijazah S.1 dan 25 tahun bagi yang berijazah program D.3.
Berijazah Profesi/Sarjana (S.1) dan Program D.3 Negeri/Swasta dengan persyaratan IPK tidak kurang dari:
a. 2,40 untuk Dokter Umum, Apoteker dan Psikolog.
b. 2,80 untuk Program S.1 lainnya.
c. 2,70 untuk program D.3.
Para calon yang berasal dari Perguruan Tinggi Swasta harus sudah lulus ujian Negara (dengan melampirkan tanda lulus/ijazah yang dilegalisir/ diketahui oleh Kopertis).
Berstatus belum nikah (kecuali dokter umum belum mempunyai anak dan sanggup tidak hamil selama dalam pendidikan pertama).
Berkelakuan baik dan tidak kehilangan hak untuk menjadi Prajurit TNI, dinyatakan dengan Surat Keterangan dari Kepolisian setempat.
Sehat jasmani, rohani dan bebas narkoba.
Tinggi badan minimal 163 cm bagi Pria dan 155 cm bagi Wanita dengan berat badan seimbang menurut ketentuan yang berlaku.
Melaksanakan Ikatan Dinas Pertama (IDP) selama 10 tahun dihitung mulai saat dilantik menjadi Perwira TNI.
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagi karyawan harus mendapat persetujuan dan sanggup membuat pernyataan diberhentikan dengan hormat dari pimpinan instansi yang bersangkutan bila lulus seleksi dan masuk pendidikan pertama TNI.
Lulus pemeriksaan dan pengujian yang meliputi:
a. Postur dan lahiriah.
b. Administrasi.
c. Kesehatan badan calon prajurit TNI.
d. Kesamaptaan jasmani.
e. Psikologi.
f. Mental Ideologi.

Waktu Pendaftaran :
- Tanggal 1 s/d 30 September 2008.
- Tempat-tempat pendaftaran di Ajendam/Ajenrem/Kodim/Lantamal/Lanal/Lanud sbb.:
Wilayah Provinsi NAD di Ajendam IM.
Wilayah Provinsi Sumatera Utara di Ajendam I/BB Medan.
Wilayah Provinsi Riau di Lanud Pekanbaru.
Wilayah Provinsi Sumatera Barat di Lantamal II Padang.
Wilayah Provinsi Sumatera Selatan di Ajendam II/Swj. Palembang.
Wilayah Provinsi Bengkulu di Ajenrem 041/Gamas Bengkulu.
Wilayah Provinsi Jambi di Ajenrem 042/Gapu Jambi.
Wilayah Provinsi Lampung di Ajenrem 043/Gatam Tanjung Karang.
Wilayah Provinsi Jawa Barat di:
a. Ajendam III/Slw. Bandung.
b. Ajenrem 061/SK Bogor.
c. Ajenrem 063/SGJ Cirebon.
Wilayah Provinsi Banten di Ajenrem 064/ MY.
Wilayah Provinsi Jawa Tengah di:
a. Ajendam IV/Dip. Semarang.
b. Ajenrem 071/WK Purwokerto.
c. Ajenrem 074/Wrt. Solo.
Wilayah Provinsi DI Yogyakarta di Lanud Adisutjipto Yogyakarta.
Wilayah Provinsi Jawa Timur di:
a. Ajenrem 084/Bj Surabaya.
b. Lanud Iswahyudi Madiun.
c. Lanud Abd. Rachman Saleh Malang.
Wilayah Provinsi Kalimantan Barat di Lanud Supadio Pontianak.
Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah di Ajenrem 102/PJ Palangkaraya.
Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan di Lanal Banjarmasin.
Wilayah Provinsi Kalimantan Timur di Ajendam VI/Tpr. Balikpapan.
Wilayah Provinsi Sulawesi Utara di Lantamal VI Bitung Manado.
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah di Lanal Palu.
Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara di Lanal Kendari.
Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan di Ajendam VII/Wrb. Makassar.
Wilayah Provinsi Maluku di Ajendam XVI/Ptm. Maluku.
Wilayah Provinsi Maluku Utara di Makodim 1501/MU Ternate.
Wilayah Provinsi Irian Jaya Timur di Ajendam XVII/Tkr. Jayapura.
Wilayah Provinsi Irian Jaya Tengah di Ajenrem 173/PB Biak.
Wilayah Provinsi Bali di Ajendam IX/Udy. Denpasar.
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Ajenrem 162/WB Mataram.
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur di Lantamal V Kupang.
Wilayah Provinsi DKI Jakarta di Ajendam Jaya.

Senin, 31 Maret 2008

Menyoal Eksistensi Menwa
Oleh: Bima Hermastho dan Rifki Muhida

RESERVE Officers Training Corps (ROTC/Korps Perwira Cadangan)
perguruan tinggi terbaik di Amerika, seperti di University of Georgia
dan MIT (Massachusetts Institute of Technology). Komunitas ini telah
melahirkan kebanggaan dan tradisi bagi mahasiswa akan bela negara dan
kepemimpinan.

Kelahiran ROTC pun dalam situasi negara yang tidak menentu (perang
saudara), tidak jauh berbeda dengan Indonesia yang lebih dikenal
sebagai Resimen Mahasiswa (Menwa) yang juga lahir di masa negara
dalam situasi krisis, serta merupakan manifestasi (berkelanjutan)
dari tradisi kejuangan Tentara Pelajar dan Corps Brigade Mahasiswa
(1945-1965).

Bedanya, ROTC saat ini telah menjadi sumber kepemimpinan nasional di
Amerika, karena eksistensinya sangat jelas, pola pelatihannya terpadu
dan terarah untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi terbaik yang
dibekali kepemimpinan dan keahlian di bidangnya. Sebaliknya di
Indonesia, Menwa yang telah berusia hampir 41 tahun masih terus
di-ubeg-ubeg dan statusnya "dibuat" mengambang.

Peristiwa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS) beramai-ramai menuntut pembubaran Menwa di kampus UMS
salah satu contohnya. (Suara Merdeka, 13 September 2002).

Mungkin lain ceritanya, bila yang menolak Menwa pernah membaca
situs-situs ROTC di internet dan memahami filosofi demokrasi dan
kebebasan berorganisasi.

Mungkin, keinginan euforia mahasiswa yang terjadi akan lebih tepat
lagi bila menghasilkan implikasi bagaimana pemberdayaan organisasi
Menwa masa depan, agar berkontribusi lebih banyak bagi bangsa dan
negara, bukan sebaliknya.

Sebenarnya konsep awal Menwa tak ubahnya ROTC di Amerika pada akhir
abad ke-19 sebagai milisi rakyat untuk bela negara. Namun konsep awal
yang "indah" tersebut berakhir dengan adanya pembubaran Menwa melalui
pencabutan SKB 3 Menteri (Depdikbud-Depdagri-Dephankam) akibat
munculnya berbagai kasus negatif yang dilakukan Menwa.

Padahal apabila dianalisa secara objektif, justru SKB 3 Menteri
membebani Menwa karena aturan maupun praktik pelaksanaannya tidak
dijalankan secara konsisten oleh pihak-pihak yang terkait. Peran yang
dijalankan ketiga departemen tersebut sangat marginal, sehingga Menwa
tidak bisa melakukan pembinaan dan pengembangan potensi bela negara
dengan baik.

Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengkaji Menwa dalam
kerangka konstruktif dan menghindari tindakan yang kontraproduktif
bagi eksistensi Menwa.

Perubahan yang mendasar dan menyeluruh (rekayasa ulang) bagi Menwa
sudah menjadi kebutuhan mutlak. Nampaknya, harus belajar pada
Malaysia. PALAPES, begitu mereka menyebut Menwanya, telah berkembang
dengan baik dan menjadi pola ideal tidak ubahnya ROTC di Amerika.

Pada waktu awal pembentukan PALAPES di Malaysia, Menwa Indonesia
dijadikan inspirasi awal dan studi banding mereka, baik secara konsep
maupun implementasinya. Namun, kini PALAPES telah berkembang pesat
meninggalkan saudaranya di Indonesia.

Dua Aspek

Pengembangan Menwa memiliki dua aspek utama, yaitu pertama, sebagai
wadah untuk aktivitas kemahasiswaan, tak ubah seperti UKM (Unit
Kemahasiswaan) yang lain, sebagai wahana penyaluran hobi,
bersosialisasi, berorganisasi.

Kedua, Menwa merupakan perwujudan konsep misi/battle orders sebagai
konsekuensi logis adanya Pasal 30 UUD 1945 (AH Nasution, 1994).

Sedangkan dalam dimensi praktis, model rekayasa ulang Menwa akan
mirip dengan ROTC di Amerika, sebagai salah satu sumber militer
karier sekaligus sebagai wadah community/service UKM perguruan
tinggi.

Jangan heran, apabila dijumpai tidak sedikit mahasiswa Indonesia yang
belajar di Amerika nyambi menjadi "kadet" sukarela melalui jalur Army
ROTC, karena si mahasiswa Indonesia ingin menyalurkan
hobi/bersosialisasi dan belajar berorganisasi pada manajemen militer
sekaligus menyelesaikan pendidikan akademiknya.

Inilah kenyataan yang ada, di Indonesia Menwa dituntut dibubarkan,
tetapi di Amerika banyak mahasiswa Indonesia yang numpang latihan
bela negara.

Resimen Teknologi

Tantangan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia di masa kini dan
mendatang sudah sedemikian berubah.

Adanya mahasiswa berkarier di militer seperti ROTC, maka tidak
menutup kemungkinan model Resimen Teknologi seperti di Amerika yang
merupakan sumber perwira untuk memenuhi kebutuhan teknologi militer
(perwira-perwira operasi kapal induk, teknologi informasi, nuklir,
biologi dan kimia) dapat juga diaplikasikan di Indonesia. Program ini
dilaksanakan melalui perguruan tinggi semacam ITB, UI, UGM, Undip,
UNS dan perguruan tinggi lainnya.

Sun Tzu, seorang pemimpin, ahli filosofi Cina yang hidup pada abad
keempat SM, mewariskan banyak kebijaksanaan mengenai strategi dan
taktik militer yang dapat diterapkan pada semua bisnis. Bahkan
kesuksesan "Operasi Badai Gurun" dalam Perang Teluk beberapa tahun
lalu, juga telah menghasilkan buku-buku text-book tentang manajemen
operasi dan logistik modern.

Inilah yang dapat dijadikan sebagai value yang sangat berharga bagi
mahasiswa untuk berperan serta dalam wadah seperti ROTC dan
mengkajinya dalam pendekatan ilmiah.

Semua aktivitas tersebut memiliki filosofis membentuk karakter yang
sangat berguna sebagai penempaan kepemimpinan mahasiswa masa depan.
Jadi aktivitas ROTC bukan sekadar latihan perang-perangan tetapi
mengambil filosofi dari latihan sebagai model laboratorium
kepemimpinan alternatif bagi mahasiswa.


Pada akhirnya output yang akan diperoleh setiap mahasiswa berupa
pemberdayaan diri yang memiliki sosok kepemimpinan karakter dan
keunggulan kompetitif (mental, emosional, dan fisik). Selain juga
memiliki nilai-nilai utama antara lain, a) loyalitas kepada
kehormatan bangsa, b) melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, c)
respek terhadap sesama, d) terbiasa mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi, e) kehormatan diri, f)
integritas, g) sosok yang bijaksana dalam memandang segala hal.

Langkah Dramatis

Untuk menuju Indonesian ROTC, diperlukan beberapa langkah "dramatis"
yang harus dilewatkan dengan tenggang waktu kurang dari dua tahun.
Pertama, pematangan konsep dan kelembagaan. Sebenarnya sudah sejak
tahun 1967 Menwa ITB mengajukan konsep Indonesian ROTC. Tetapi,
malang pemikiran itu seperti elektron menabrak dinding potensial tak
terhingga, tak ada yang mengembus, semuanya mantul. Karena dalam 32
tahun terakhir ini, hampir semua kekuatan sipil terpinggirkan
termasuk Menwa dibiarkan tidak berkembang.

Kedua, legal formal action. Bagaimanapun, negara dalam arti
pemerintah/presiden bersama DPR harus memperkokoh konsep dan
kelembagaan dan menjadikannya sebagai UU.

Ketiga, pelaksanaan proyek percontohan. Setelah piranti hukum
disahkan, selanjutnya tahap terpenting yaitu pelaksanaan operasional
di lapangan. Proyek percontohan resimen. Teknologi sebagai
cikal-bakal Indonesian ROTC ini, harus dikontrol dan dievaluasi
dengan ketat. Bandung sebagai pusat pendidikan tentara, dapat
menopang program ini.

Mahasiswa yang terpilih disaring sejak mereka lulus UMPTN, dan dapat
mengikuti seleksi sukarela untuk memasuki program Resimen Teknologi.

Keempat, evaluasi dan penyempurnaan. Tidak ada sesuatu yang terjadi
sempurna, oleh karena itu diperlukan proses pengembangan
berkelanjutan. Karena dengan evaluasi dan penyempurnaan, maka sistem
dan kurikulum yang dilaksanakan dapat menjadi lebih baik dan menjadi
prototip yang sempurna.

Kelima, pencangkokan oleh perguruan tinggi terpilih. Pada tahap ini
dapat dilakukan hanya bagi perguruan tinggi yang berkualitas dan
berstandar sesuai yang ditentukan oleh Dephankam dan Depdiknas,
karena berimplikasi pada kontrol dan tanggung jawab operasional di
lapangan. (18)


- Bima Hermastho, mahasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi Undip, Rifki
Muhida Researcher dan mahasiwa Program Doktor Fisika Teori, Osaka
University, Jepang.

Rabu, 26 Maret 2008

LOMBA LARI 11 K

Satuan 905 Jagal Abilawa Korps Mahasiswa Siaga MENWA UNS dalam rangka memeriahkan Dies Natalis XXXII Universitas Sebelas Maret Surakarta akan menyelenggarakan Lomba Lari 11 Km, 16 Maret 2008 pukul 06.30 WIB di UNS dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan ini sebagai wujud partisipasi Korps Mahasiswa Siaga Menwa Satuan 905 Jagal Abilawa dalam dies natalis dan ingin memberikan sumbangsih atau kontribusi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan insan kampus maupun masyarakat luas. Dalam pelaksanaan lomba akan ada panggung hiburan, penyerahan piala serta pembagian hadiah dan dorprise dengan sasaran masyarakat umum dan pelajar se-Jateng-DIY. Alamat sekretariat di Mako Menwa UNS Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan

WIDYA CASTRENA DHARMA SIDDA

Salam komando...!!!

Hallo rekan-rekan menwa UNS satuan 905 dan para alumni...kita berjumpa dalam dunia maya

Sekarang menwa uns telah memiliki sebuah tempat buat kita semua untuk saling bertukar informasi, sharing maupun saling berinteraksi dengan sesama anggota maupun para alumni.

Waktu dan tempat yang berbeda bukan penghalang buat kita untuk tetap berkomunikasi dan menjalin silahturahmi sesama KELUARGA BESAR MENWA UNS SATUAN 905.

Dibuatnya blog ini bertujuan agar hubungan antar anggota maupun alumni tetap saling terjalin dengan baik, meski kita masing-masing berada pada tempat yang berjauhan

Semoga dengan hadirnya blog ini bermanfaat khususnya untuk Keluarga Besar Menwa UNS maupun para alumni, maupun khalayak umum yang ingin mengetahui informasi-informasi tentang kemenwaan maupun yang lainnya.

Informasi apa saja bisa disini, khususnya kegiatan Menwa UNS ataupun informasi umum

Oke...ditunggu informasi-informasi terbarunya

Salam KOMANDO....JAYA SELALU KORPS BARET UNGU dimamapun berada

Widya Catresna Dharma Sidda